Idealisme dan Kepasrahan

Hari ini aku mendapat kisah yang sangat berharga
Sebuah kisah perjuangan seorang sahabat dalam mempertahankan idealisme
Dimulai dari sini cerita bermula
Aku akan bercerita sebagai orang ketiga
:)

Dia seorang perempuan baru lulus kuliah dan alhamdulillah allah sudah berikan rejeki nya dengan menjadi wali asrama di sebuah pesantren ternama
Usia-usia setelah lulus adalah usia pencarian pendamping hidup, bukan hanya dia tapi juga orang tuanya
Adek dan kakaknya sudah menikah bahkan sudah punya anak
Orang tua mana yang tidak ingin segera menuntaskan tanggungan anaknya salah satunya menikahkan
Tapi apa daya, jodoh belum datang hehe

Di sisi lain, ada seorang laki-laki yang sepertinya tertarik dengan dia bahkan ingin mengajak menikah
Akan tetapi dia tidak klik dengan laki-laki ini karena beberapa hal diantaranya akhlak dan afiliasi pergerakan atau harokah
Setiap kali laki-laki ini menghubungi via wa, sms, nelpon pasti dia abaikan
Akan tetapi, di saat dia berusaha sekuat tenaga membuat benteng, ternyata orang terdekatnya (sebut saja mamanya) membuka jalan untuk laki-laki ini masuk
Bahkan mamanya seakan sudah sangat menerima laki-laki ini, apalagi yang kurang coba, penghasilan ada, sholeh juga kok
Dia sedih sekali karena benteng yang dibuat ternyata dijebol oleh orang terdekatnya
Berusaha dia memohon kepada mamanya untuk menghentikan, tapi malah berujung cekcok
Ayah dan kakaknya memang tidak paham alasan dia menolak laki-laki ini tapi mereka paham bahwa kalo tidak cocok ya tidak bisa dipaksakan
Namun, sang mama tetap ngotot

Kebingungan dia tak berujung
Dia pun konsultasi ke banyak orang mulai dari murobbinya hingga sesama wali asrama
Dia meminta pertimbangan atas semua yang terjadi padanya
Murobbinya dengan tegas menyatakan "pertahankan idealisme kamu"
_tarbiyah bukan segalanya, tapi segalanya dimulai dari tarbiyah_
Ada lagi yang menyatakan, akhwat pasti akan taat dan tsiqoh pada suaminya, tapi ketaatan kepada orang yang paham akan lebih indah dan lebih baik bukan?
Ada pula yang menyarankan, sudah menyerah saja, toh tarbiyah tidak menjamin cuma suami yang sholeh itu kunci utama kebahagiaan rumah tangga
Segala macam saran sudah masuk dengan berbagai cara pandang
Hal ini bukan semakin menguatkan tapi malah membingungkan
Terakhir kembali dia datang pada murobbinya, pengganti orang tuanya dan akhirnya kalimat kepasrahan keluar
"Kalo memang harus menyerah, kasih syarat, minta laki-laki itu ikut halaqoh rutin"
Huft, plong rasanya ketika sang murobbi pun menyatakan begitu
Dia cuma berpikir, baiklah sekarang ikuti skenario yang Allah buat
Sampai kapan dia melawan jika hasilnya sama saja
Dia luangkan dan bukakan hatinya selebar dia mampu walau masih sesak juga

Bismillah, strategi berikutnya dia buat
Tak pernah dia balas wa, sms, telpon dari laki-laki itu
Kali ini dia beranikan bilang tapi dia tetap berpegang dengan cara-cara yang tetap ahsan dan syari
Dia minta proposal pernikahan laki-laki tersebut baru kemudian dia berikan proposal dia
Karena proposal ini isinya adalah visi misi mereka sebelum dan sesudah menikah serta kondisi umum personal sampai keluarganya
Dia minta laki-laki itu buat  sebaik mungkin dan pelajari proposal dia dengan baik
Setelah ada jawaban bagaimana selanjutnya, baru akan ditentukan apakah lanjut atau putus
Sekian lama dinanti belum ada kabar juga
Malah laki-laki ini mengajak bertemu adek-adeknya
Bukan itu jawaban yang diharapkan, kepastian lanjut atau tidak saja belum ada, kenapa harus bawa-bawa keluarganya
Akhirnya setelah ditanyakan kembali, sang laki-laki mengatakan bahwa dia ingin mencari istri yang lebih baik agamanya dan tidak mau dipaksa bergabung dalam satu golongan
Allahu akbar!!!
Sebelumnya sama sekali dia tidak tahu afiliasi laki-laki ini kemana
Bagi dia ini sangat penting, karena berhubungan dengan ketaatan dan arah gerak dakwahnya
Pernyataan laki-laki itu malah membangkitkan dirinya untuk kembali "mempertahankan idealisme" yang sudah dia kikis
Meneguhkan lagi hatinya untuk bertahan

Memang ada yang menyatakan, tak masalah nikah beda harakah
Akan tetapi menurut aku sendiri, kecenderungan dan afiliasi harakah sangat penting menjadi pertimbangan karena akan berhubungan dengan ketaatan istri pada suaminya
Pernah ada sebuah kisah pernikahan seorang aktivis dakwah dengan seorang laki-laki yang berbeda harakah dengannya, dan pernikahan itu berakhir dengan kebolehan yang dibenci allah yaitu perceraian, naudzubillah
Jika begini, niat suci pernikahan tidak dapat dicapai
Akan tetapi jika sang akhwat bersedia taat dengan perbedaan yg ada ya silahkan saja, tidak ada paksaan

Cerita berlanjut,
Walau dia meneguhkan hati untuk "kembali mempertahankan idealisme" namun bagaimana dia sampaikan pada orang tuanya yang begitu mengharap segera datang pendamping hidup anaknya
Inilah titik kepasrahan itu hadir
Cuma Allah sandaran terbaik atas semua masalah ini
Di saat itu pula dia yakin Allah akan menolong nya
Dan, subhanallah wal hamdulillah
Tetiba seorang kawan lawan menelpon dan mengatakan bahwa ada proposal masuk untuk dia
Allahu akbar!!!
Hampir dia tak bisa berkata-kata
Benar memang janji Allah di QS al baqarah:186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."

Air mata haru dan bahagia bercampur menjadi satu, sampai dia tak kuasa menjawab telpon orang di seberang sana
Hampir saja malah orang di seberang sana meng-cancel karena dia hanya menjawab dengan tangisan, dikira sedang proses dengan yang lain
Tapi akhirnya proses yang ada pun (dengan laki-laki tadi) sudah dia cancel secara sepihak, maka dia tetap berusaha menerima proposal yang baru ini
Proses selanjutnya dia serahkan kepada murobbinya, dan masya allah beliau ternyata sangat mendukung,
"Umi setuju dengan yang ini, lanjutkan nak"
Allahu akbar....
Inilah jawaban dari idealisme dan kepasrahan selama ini

Akhirnya...
Semoga allah lancarkan proses berikutnya dan dijaga senantiasa dalam koridor syariat hingga Allah tentukan waktu akad
Benarlah memang janji Allah bahwa Dia dekat, hanya butuh ikhtiar dan kesabaran kita
Di saat kepasrahan sudah diujung, maka dia akan jawab dengan sebaik-baik jawaban
Idealisme yang dipertahankan semata-mata untuk terus menegakkan kalimatullah di muka bumi
Karena sejatinya perjuangan dakwah yang semakin jauh dan panjang membutuhkan teman perjalanan
Dan yang sangat diharapkan perjalanan dakwah ini harus semakin melejit bahkan setelah menikah
Semoga Allah berkahi sahabatku

Komentar